Pola pikir inferior yang merugikan

Mari kita mulai dengan sebuah pertanyaan kepada diri kita masing-masing, Saat berhadapan dengan orang-orang "barat" Anda merasa diri Anda kerdil (dalam arti kecerdasan)? Atau setidaknya pernah berpikir seperti itu? Istilah "keren"-nya Inferior?

Kalau saya pernah, dulu memandang mereka memang memiliki banyak sekali kelebihan di banding kita. Namun semua berubah semenjak.... semenjak saya menambah sedikit demi sedikit bacaan. Apalagi saat semakin sering mendengar dalam Islam bahwa semua manusia sama.

Selanjutnya ada apa dengan perasaan inferior ini? Pemikiran saya tentang perasaan inferior ini terbit dari berita-berita dan pengetahuan-pengetahuan yang tampak sangat meyakinkan manusia Indonesia namun pengetahuan-pengetahuan baru tersebut menyingkirkan kearifan lokal yang ratusan tahun telah diaplikasikan masyarakat tradisional. Kesimpulannya, banyak dari berita tersebut secara langsung atau tidak langsung sangat merugikan manusia. Bagaimana bisa? Berikut ini adalah sedikit bahasan dari saya pribadi, silahkan disimak jika sempat dan dikomentari dan di koreksi jika tersilap.

Tentang Nasi
Sebuah petikan berita dari www.bbc.co.uk/indonesia:
"Para pakar di Amerika Serikat dari Universitas Harvard mengkaji empat penelitian yang melibatkan 350.000 orang dari negara-negara Asia dan Barat. Hasilnya menunjukkan mereka yang berasal dari negara-negara Asia, yang cenderung lebih banyak mengkonsumsi nasi putih, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit tersebut."

Bagaimana pendapat Anda?
Suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Nusantara (kecuali beberapa pulau seperti Nusa Tenggara dan Papua) telah mengkonsumsi nasi sejak setidaknya 1000 tahun yang lalu, dan saya yakin lebih lama dari itu. Karena padi yang merupakan sumber nasi adalah tanaman penghasil zat karbohidrat yang paling sesuai dengan geografi dan iklim wilayah Nusantara.

Sementara peneliti dan media luar menurut saya cukup gencar memberitakan bahwa beras bukanlah makanan yang sehat, manusia di Nusantara telah mengkonsumsi beras sejak ribuan tahun lalu, lalu adakah Anda melihat penghuni wilayah Nusantara ini memiliki tubuh-tubuh yang terlalu gemuk hingga bisa dikatakan mengalami obesitas? Kemungkinan sangat jarang, karena pendahulu-pendahulu kita memiliki umur yang relatif lebih panjang dari kita dengan tubuh yang jarang pula mengalami obesitas, padahal mereka hanya makan nasi dan sayur serta lauk secukupnya. Kenyataan yang sangat bertolak belakang terjadi di Amerika Serikat, tahukah Anda bahwa obesitas adalah salah satu masalah kesehatan paling dominan di sana? Banyak warga AS yang menderita obesitas, dan Anda tentu tahu apa makanan pokok mereka... Gandum!

Sayangnya, tidak sedikit dari manusia Indonesia yang langsung percaya dengan publikasi-publikasi peneliti dan media luar tersebut. Kenapa demikian? Hal ini berangkat dari cara pikir yang inferior, bahwa hasil penelitian orang-orang barat tersebut pasti benar.
Muncul pertanyaan, kenapa peneliti-peneliti dan media barat relatif gencar memublikasikan tentang tidak sehatnya nasi? Padahal nasi berasal dari padi yang tumbuh dengan sangat baik di wilayah Nusantara?

 Jawabannya adalah "gandum." Sadarkah kita bahwa sedikit semi sedikit kita mulai membudayakan roti yang berasal dari gandum sebagai "makanan sehat " untuk menggantikan beras yang "asli" Indonesia. Padahal gandum yang kita konsumsi tidak bisa ditanam di Indonesia, jadi setiap tahun kita harus mengimport gandum dari luar. Dari gandum import tersebut kemudian dihasilkan berbagai jenis roti dan kue-kue kering. Lebih buruk lagi, banyak dari kita merasa roti adalah makanan yang berkelas, makanan orang atas, hingga bersedia mengeluarkan lebih banyak uang.

Jadi, cukup jelas rasanya sekarang, propaganda roti gandum berhubungan dengan ekonomi! Membuat kita sedikit demi sedikit menyingkirkan beras. Padahal ini adalah sebuah langkah bunuh diri secara perlahan. Kenapa demikian? Karena menjadikan diri tergantung pada gandum membuat kita beresiko mengalami kelaparan dengan cepat. Soal ini mungkin akan kita bahas di kesempatan lain, atau kalau pembaca ingin urun pendapat silahkan tuliskan di kolom komentar di bawah.

1 comment for "Pola pikir inferior yang merugikan"