Turbulensi Pesawat di Gunung Salak

Gambar Gunung Salak  Dari Kampung Cihideung Ilir (Dok. Yanet)
Berbagai perkiraan telah dinyatakan oleh banyak orang tentang apa sebenarnya yang terjadi dengan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menabrak Gunung Salak, Jawa Barat. Salah satu penyebab yang paling sering diungkapkan adalah adanya turbulensi udara yang sering terjadi di gunung Salak dan membuat pilot pesawat tersebut untuk turun ke ketinggian 6000 kaki (lebih rendah dari tinggi Puncak Gunung Salak). Apa sebenarnya yang dimaksud dengan turbulensi udara dan bagaimana turbulensi udara tersebut dapat menimbulkan gangguan pada pesawat yang sedang mengudara.

Turbulensi dapat didefinisikan sebagai perputaran udara skala kecil, jangka pendek, perubahan acak dan sering. Dengan kata lain, ketika ada perubahan yang cepat baik kecepatan udara atau arah gerakan atau keduanya, kondisi ini dikatakan turbulen. Ketika  pesawat sedang terbang melalui udara yang terganggu ini, ia akan mengalami turbulensi.

Berdasarkan penyebabnya, terdapat empat jenis turbulensi udara yang dapat mempengaruhi pesawat, yaitu;

Turbulensi Termal: Turbulensi termal terjadi Ketika permukaan bumi yang cukup hangat, terbentu arus  vertikal dari udara. Ketika pesawat terbang melalui turbulensi ini, para penumpang  akan mengalami turbulensi.

Gambar Ilustrasi Turbulensi Mekanis akibat Gunung
Turbulensi mekanis: Hal ini disebabkan oleh gangguan dari fitur yang terdapat di permukaan bumi  terhadap aliran horisontal udara. Fitur ini dapat mencakup gunung, bangunan  Tinggi, Pohon, dll. Jumlah turbulensi tergantung pada kecepatan angin, ukuran obstruksi, bentuk obstruksi dan kondisi atmosfer. Pesawat terbang akan mengalami  turbulensi karena terbang di atas atau di belakang objek ini.

Turbulensi Terpotong: Turbulensi terpotong terjadi ketika arah atau kecepatan angin berubah secara dramatis  dalam jarak horizontal atau vertikal yang pendek, pesawat akan mengalami turbulensi ketika terbang melalui batas ini.

Turbulensi aerodinamika: Turbulensi yang disebabkan oleh pesawat terbang karena terbang melalui udara.  Juga dikenal sebagai turbulensi terbangun. Jika ada pesawat lain yang terbang di  belakang pesawat lain, pesawat tersebut akan mengalami turbulensi. Hal ini  seringkali terjadi pada pesawat jet tempur baik yang sedang berlatih maupun sedang bertempur seperti yang kita lihat di film.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa turbulensi yang terjadi di gunung Salak adalah turbulensi mekanis yang disebabkan oleh adanya gunung Salak itu sendiri. Turbulensi yang dialami suatu pesawat akan membuat goncangan yang cukup kuat terasa oleh penumpang pesawat. Hal inilah yang membuat sabuk pengaman sangat penting bagi penumpang pesawat terbang.


Dalam kasus pesawat Sukhoi Superjet 100, beberapa pengamat memperkirakan keputusan pilot pesawat tersebut untuk turun ke ketinggian 6000 kaki adalah untuk menghindari adanya turbulensi udara. Karena tinggi gunung Salak yang mencapai 7000 kaki, tentunya sangat besar kemungkinan pesawat akan menabrak gunung, apalagi ditambah dengan kondisi gunung Salak yang cepat berubah cuacanya sehingga dalam beberapa saat awan dapat muncul dan menghalangi pandangan pilot.

Apapun pendapat yang telah terucap ke khalayak umum, akan lebih baik kalau kita menunggu berita yang lebih valid yang bisa kita dengar saat Black Box dari pesawat SSJ 100 tersebut telah di analisa.